Saturday, September 20, 2014

Lari : dari Kenyataan, Tanggung Jawab dan Lainnya!!?

Sudah dua minggu terakhir saya tidak pernah melihat tutorial, menulis kode ataupun melakukan aktivitas tentang pemrograman. Hal ini saya lakukan karena saya ingin fokus ke laporan skripsi. Laporan skripsi saya sudah sampai bab 5. Cukup menarik. Sayangnya sudah satu minggu saya juga tidak menyentuh skripsi. Apa yang saya lakukan!?.

Minggu ini saya benar-benar berpikir kalau saya memang lari dari kenyataan, lari dari kehidupan, lari dari tanggung jawab dan tepat saat ini saya lari dari semua itu dan melampiaskan ke tulisan ini (saat ini masih belum mengerjakan laporan skripsi~ yey). Saya akan mengerjakan laporan saya siang ini. Sudah terasa muak menghindari hal yang seharusnya tidak bisa dihindari lagi, saya tidak akan lari!!

Ngomong-ngomong soal lari, sebenarnya empat hari terakhir saya memulai kegiatan yang sebelumnya saya hentikan, kegiatan itu adalah lari. Kali ini, lari yang saya maksudkan adalah lari dalam arti sebenarnya. Menggerakan kedua kaki di udara dengan kecepatan yang lebih tinggi dari jalan kaki. Karena sudah vakum hampir satu tahun, saya memulai kegiatan ini dengan lari interval, lari selama satu menit lalu jalan kaki dua menit. Hasilnya, tidak ada efek negatif yang membuat saya tidak bisa menggerakan kaki setelah lari. 

Rencananya, saya akan lari tiap pagi selama itu memungkinkan. Dan untuk minggu pertama, interval yang saya gunakan adalah lari 1 menit setelah itu jalan kaki selama 2 menit. Selanjutnya rencana minggu kedua adalah lari dengan interval 2 menit lalu jalan kaki 2 menit. Jika Rencana-rencana ini berjalan lancar maka di minggu ke sembilan saya akan lari 30 menit non stop tanpa interval jalan kaki. Mengingat sikap yang seringkali menghianati janji terhadap diri sendiri, saya hanya bisa berharap semoga diri ini bisa konsisten. Amin~

Harapan lain yang saya miliki adalah, semoga dengan lari (dalam arti sebenarnya) ini dapat mengurangi kegiatan lari dari kenyataan dan tanggung jawab yang selama ini lebih sering saya lakukan. :3

~curhat selesai

Wednesday, September 17, 2014

Butuh Alasan Lebih dari Satu untuk Menggerakkan Kaki ke Kampus

Hari ini saya sedikit bahagia karena tidak menemukan SMS dari si Andi dan curhatan galaunya. Hal yang saya temukan hari ini adalah SMS dari Hanny yang menanyakan tentang keberadaanku, "Ke kampus gak hil?". Saya pikir ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengembalikan buku yang saya pinjam dari perpustakaan. Selain bisa mengembalikan buku, bisa ketemu temen pula.. keadaan seperti ini biasa disebut dengan istilah lempar satu batu, dua burung kena, keren banget kan?!. By the way, kemampuan ini akan sangat berguna ketika umat manusia kekurangan sumber daya batu, pada saat itu kita harus menghemat batu. Paling tidak saya sudah punya pengalaman.

Saya ke kampus, setelah mandi dan menemukan orang yang tidak saya kenal di kampus kesayangan. Betapa tidak, saya adalah mahasiswa semester sembilan yang keberadaannya hampir punah. Melihat teman seangkatan itu ibarat oasis di gurun pasir. Ketemu secara kebetulan, susahnya minta ampun. "Hanny kemana" gumamku. Sesekali bertemu dengan adik tingkat yang kukenal. Tentu saja kami bertukar senyum. Hanya itu, senyum formalitas untuk menyapa seseorang yang tidak terlalu dikenal. Akhirnya saya memutuskan untuk mengembalikan buku yang saya pinjam.

Berjalan ke perpustakaan adalah perjalanan paling asing. Sebut saja perpustakaan adalah tempat para pencari ilmu sebenarnya nongkrong. Tempat paling menggetarkan hati. Entah kenapa, tiap pergi ke sana perasaanku bergetar lebih kencang dari biasanya. Setelah berada di perpustakaan saya baru menyadari kenapa. Masuk perpus itu harus melepas jaket, menunjukan kartu mahasiswa, tidak membawa barang-barang mencurigakan seperti cover laptop dan sebagainya. Serasa napi..

Setelah mengembalikan buku ke penjara tersamar itu, saya kembali ke gedung jurusan. Disana saya bertemu dengan Hanny dan Sayful. Dalam hati saya membatin kenapa harus bertemu dengan pasangan ini. Dari jauh saya tidak mungkin akan memanggil nama mereka. Biarkan mereka mendekat, lalu saya akan memanggil "Hai.." saja. "Hai.. " sapaku sambil tersenyum. Sejenak saya melihat ke arah kiri dan kanan, semua orang terlihat normal. Baiklah tidak ada kesalahpahaman. All is Well...

Sebelum saya bercerita lebih lanjut, saya ingin memastikan semua orang perlu tahu tentang kedua orang ini. Hanny dan Sayful adalah cowok. Memastikan saja, nama Hanny terdengar begitu feminin sehingga seringkali ia dipanggil mbak. 

Kami pergi ke A3 bertemu beberapa teman, ke Bank, lalu ke Bank lainnya lagi. Sesaat di jalan saya berpikir, bagaimana mereka saling memanggil nama satu dan yang lainnya ya. Mungkin percakapannya akan seperti ini, "Say,,, ayo ke Bank lainnya" kata Hanny ke Sayful, mungkin Sayful akan menjawab, "Oke Honey, kita ke sana!". Tersadar betapa mengerikannya nama mereka, saya berhenti berhayal dan melanjutkan kehidupan. Dua tujuan sudah tercapai, saya harus pulang.
Sampai jumpa kampus, Han, Sayful... ~lol

Tuesday, September 16, 2014

Mendekat dan Menjauh

Melanjutkan cerita sebelumnya, kemarin sore SMS dari si galau Andi (nama samaran) kembali lagi menghiasi isi ponselku. Tentu saja isinya aneh dan penuh dengan suasana depresi, "Malam ini terakhir aku akan menunggunya, besok akan kubuka lembar baru" katanya. Tentu saja tak banyak kata yang bisa saya katakan untuknya, selain kata terkenal nan hina "Good luck bro!". Beberapa menit kemudian ia menyampaikan ucapan terima kasih atas support dan nasehat yang telah saya berikan. Wouw...
Beberapa menit kemudian setelah SMS terakhirnya tidak saya balas, Andi memberikan satu SMS mengerikan lagi tentang heroinnya, sebut saja namanya Ani (Lameeee~). "Bro minta tolong bantuin dan jagain Ani ya kalo dia butuh sesuatu disana" sms Andi. Dari sini sudah terlihat jelas bagaimana hasil dari apa yang ia tunggu, sepertinya ia sudah menyerah. Tapi yang benar saja, kenapa saya harus ikut-ikutan dengan hal mengenai si Ani. Ia tak sepertimu bro, saya jelas tak mengenalnya. Yang kukenal adalah orang-orang disekitarnya. Jadi No thank you. Saya tak akan menawarkan bantuan apapun untuknya, bahkan jika ia memintapun saya perlu memikirkan kemampuanku. I'm a rational guy afterall. haha...
Tentu saja saya tidak mengiyakan, janji adalah hal yang mustahil untukku. Sulit untuk mengiyakan janji untuk orang kasmaran yang sedang patah hati. Jadi kualihkan saja percakapan jarak jauh ini dengan pertanyaan tipikal "kenapa bisa seperti ini". Katanya "Aku yang salah, aku kesal akan sesuatu lalu meminta putus.". Oh boy, what happen to you... temperamen banget. Kesal boleh saja kawan, tapi jangan cepat mengatakan kata putus jika kamu memang tidak siap untuk itu. Setelah smsnya itu, ponsel sudah tidak saya sentuh lagi.
Teringat bagaimana ayah si Ani bercerita tentang Andi yang mendekati Ani. Sekitar satu tahun yang lalu ayah Ani menginap di tempatku, bercerita tentang Andi. Kami memulai pembicaraan ini setelah ayah Ani melihat email tentang Andi yang meminta bantuan padaku tentang sesuatu, tentang abstrak tulisannya. Kami membicarakan bagaimana konyolnya si Andi, ia memberikan hadiah ke Ani melalui ayahnya, katanya Andi akan grogi jika memberikan langsung ke Ani jadi ia putuskan untuk memberikan hadiah itu melalui perantara Ayahnya. Saya dan ayahnya Ani merasa normal.. kami berpikir bahwa ada seseorang yang tidak normal waktu itu.
Satu tahun kemudian, mereka putus. Mungkin inilah cinta anak muda.. Mendekat dan menjauh.. suatu saat akan hilang dari ingatan ketika bersama dengan yang lainnya. Sebagai teman saya hanya bisa berdoa semoga yang terbaik untuk kalian, Ani dan Andi. Apapun akhirnya nanti, that was a life lesson. Tumbuh dan dewasalah. 

Bertahan atau pergilah

Sedikit terkejut dan jengkel karena harus menjawab SMS paling ambigu dari salah satu teman SMA. Sebut saja namanya Andi (nama samaran). Ia mengirim SMS layaknya saya adalah dokter cinta paling mutakhir di muka bumi ini. Konyol banget, dokter cinta paling mutakhir ini adalah jomblo. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kosong dan tidak bergunanya saran yang akan saya berikan kepada Andi. Sebelum menjawab pertanyaannya, saya teringat masa lalu ketika saya sedang di rumah, bosan dan tanpa kegiatan. Pilihan favorit tentang hal yang akan saya lakukan salah satunya adalah mengirimkan pesan untuknya, "Aku di rumah. Main game yuk?!". Beberapa menit kemudian kami bermain game bersama. Teringat akan hal itu, betapa ambigu dan tidak jelas SMS yang ia kirimkan saya akan menjawabnya serius. Mungkin saja ia sedang bosan.

Jadi pertanyaan bosannya itu seperti ini "Bagaimana jika satu hati sulit untuk melepas dia?". What?! SMS apaan ini? tanpa ada pembukaan yang jelas, penutup yang baik, langsung bertanya seenak hati tentang apa yang tidak saya mengerti. Sejenak saya langsung menjadi konsultan profesional (pura-pura) lalu menjawabnya dengan seenak hati pula "Pertahankan hatinya sampai hatimu runtuh!". What?! ini jawabnya apa-apaan?! Saya malu... Diikuti dengan penyesalan, saya ingin melihat SMS konyol apalagi yang akan Andi kirim. Hape bergetar lalu sms baru masuk, katanya "Bagaimana jika dia benar-benar benci dan sulit untuk kembali?". Dilihat dari sms ini, sepertinya dia tidak sedang terserang virus bosan seperti perkiraanku, Andi hanya sedang galau. Dasar anak muda... Namun karena kata galau atau menyebut seseorang galau bukanlah hal yang patut dilakukan kepada seorang teman, maka saya menjawab pertanyaannya kembali dengan kalimat konyol "Kalau memang begitu keadaannya, ngapain nyiram bunga yang telah mati, tinggalkan saja". Pause begitu lama sampai keesokan hari.

Hari ini saya mendapatkan SMS lagi dari orang yang sama, "Saya sudah terlalu sayang sama xxxxx bro!" katanya. Hei, apa yang harus saya katakan. Sampai saat ini saya masih belum membalas SMS orang ini, pikirkan sendiri Andi. Pilihan cowok cuma dua, Bertahan atau Pergi. Setidaknya itu yang saya yakini. Kenapa harus membuang waktu terhadap orang yang membenci kita dan berusaha untuk mendapatkan hatinya jika ia memang tak mungkin kembali. Tinggalkan bro...  tinggalkan...


...atau bertahan..
Jika perasaanmu memang begitu kuat maka jangan biarkan ia untuk pergi selamanya. Hidup ini terlalu singkat untuk menyiakan perasaanmu. Pertahankan sampai hatimu runtuh. Jika memang gagal, suatu saat akan ada seseorang yang akan membangun kembali perasaanmu. Membuatnya menjadi utuh dengan keadaan yang mungkin berbeda. Bersama orang itulah hatimu akan bersama. Jodohmu..

Monday, September 15, 2014

Hantu dan Mahasiswa Semester Sembilan

Beberapa hari terakhir saya secara konsisten dihubungi oleh dua orang. Dua orang itu adalah ayah dan kakak. Mereka menghubungi untuk menanyakan kabar skripsi. "Skripsi apa kabar mi?" kata mereka. Sedikit merasa pilu karena kabar anak atau adik kalah populer ketimbang skripsi. Selain itu, bukanlah hal yang jarang ketika mereka menanyakan keberadaanku dimana. "Sekarang dimana, sudah konsultasi ke dosen belum?" tanya mereka. Tidak kuat dengan pertanyaan-pertanyaan yang menusuk tersebut, saya akhirnya melempar handuk putih sambil meneriakkan "Okeh saya menyerah!". Hasilnya, tiap hari senin saya pergi bergentayangan ke kampus.

Berbicara tentang dosen pembimbing, maka di pikiran saya yang paling dalam akan muncul tentang imageku saat ini. Betapa tidak, sudah konsultasi sekian kali namun pertanyaan pertama yang selalu saya dapatkan dari bapak dosen pembimbing selalu sama "Namanya siapa mas?". Dengan ini, secara resmi saya sudah menjadi hantu. Tak terlihat oleh orang lain, bahkan oleh dosen pembimbing sendiri. "Sesulit itukah mengingat namaku pak?!" teriakan batin seseorang hari ini.

Sedikit jengkel karena hal itu, sepertinya saya akan menghantui bapak sampai saya lulus nanti. hahaha...