Tuesday, December 10, 2013

Cinta Ephemera dengan Logika Monyet

Lagu memang memiliki seribu cerita. Saya sedang mendengarkan lagu the beatles dan sepertinya hormon adrenalinku bertambah banyak, sirkulasi darah ke otak dan ke otot meningkat, jantung berdetak lebih cepat, persis seperti jatuh cinta pertama dahulu kala, cinta monyet lebih tepatnya. Cinta tanpa pikiran dan logika manusia. Logika monyet.

Ketika saya mulai berpikir dengan logika ini, dunia serasa begitu sempit, hanya ada "kamu dan aku". Kita bersama dalam satu entitas dunia paralel. Seperti dunia game RPG dengan karakter utama bernama "Hilmi" --nama karakter utama dalam game RPG biasanya bisa dibuat sendiri sesuai keinginan pemain--. Happy ending. Begitulah logika monyet, selalu merasa bahagia dalam keadaan apapun. Hanya ada "Aku" dan "Pikiranku" sehingga bisa membuat kenyataan apapun menjadi nyata dalam dunia paralel itu. Dan hal itu bukanlah merupakan hal yang buruk. Hal itu bisa dibuat menjadi inspirasi ide yang bisa dikembangkan menjadi cerita fiksi dengan penuh dramatisasi. Namun jangan sesekali menghubungkannya dengan kehidupan dunia nyata. Saya berani jamin bahwa endingnya adalah kecewa.

Begitulah cinta monyet, perasaan bahagia seperti halnya ephemera, bertahan hanya untuk sementara. Ephemera cinta monyet adalah hal yang sangat indah untuk sementara. Jadi teringat dengan sebuah lagu miliknya Sandy yang di lirknya itu kurang lebih mengatakan "Aku siap, sakit hati". Jika merasa sedang mengalami perasaan bertaburan bunga dengan merasa dunia milikmu dan pikiranmu, milikmu dan gebetanmu, atau milikmu dan pacarmu. Cepatlah sadar dan bersiap-siaplah, "Aku siap, sakit hati".

Seseorang yang sudah menjalin hubungan pacaran dengan waktu yang sudah lama (misal: diatas 2 tahun) mungkin akan menyangkal, "tidak, aku tidak akan sakit hati, dia adalah jodohku. jadi, aku tidak perlu siap sakit hati". Sadarlah kawan, dunia ini luas dengan kemungkinan tidak terbatas, bersiap-siap saja lah. Jangankan dua tahun, saya punya teman yang sudah pacaran sejak SMP sampai dekat dengan kelulusan kuliahnya, mereka putus saat si cowok lulus kuliah. Jadi, lama belum tentu menjadi jodoh. Waspadalah!!

Namun walaupun begitu, saya selalu salut dengan pasangan yang mampu bertahan berpacaran dalam jangka waktu yang lama. Berbeda dengan hubungan cinta ephemera logika monyet pasangan lainnya, pasangan yang bertahan lama ini biasanya adalah manusia keras kepala dengan pikiran yang lebih dewasa. Penuh dengan pengertian. Saya pernah diberi nasehat dengan jenis manusia itu. Hal ini terjadi setelah hubungan saya berakhir dengan pacar saya dahulu kala (dibaca : mantan). Katanya sederhana namun cukup mendalam, "Mi kenapa putus?", saya terdiam, lalu dia melanjutkan kata-katanya seakan-akan dia sudah tahu alasannya, "Memang kita semua egois, tidak ada manusia yang tidak egois dan keras kepala, pacarku juga egois keras kepala, aku juga, konflik itu biasa, jadi harus ada salah satu yang mengalah". Tanpa ada petunjuk, kata-katanya betul-betul betul. Kena, nancep, pas!!

Kalau dipikirkan kembali, saya memang pribadi yang egois, keras kepala dan proaktif terhadap pernyataan yang berbeda dengan pikiran saya, sehingga sering berdebat tentang semua hal, hal ringan sampai hal yang tidak ringan. Hasilnya sudah jelas, membuat orang merasa jengkel. Pernah suatu ketika, pacar saya dahulu kala (dibaca mantan) mengatakan dengan penuh hasrat "SNSD unyu bangeeeet!!", secara reflek saya menggumam, "pikachu seribu kali lebih unyu...", dia mendengar, lalu bertanya kembali apa yang saya katakan, saya lanjutkan saja "Kalau kamu tau sonansu, tingkat keunyuannya jauuuuuuh lebih tinggi dari SNSD". Dia pun tidak mau mengalah. Setelah itu, perdebatan tentang SNSD dan pokemon ini berlanjut sampai 1 hari penuh dan berkelanjutan dengan saling tidak menyapa selama 3 hari.

Ngomong-ngomong, saya kemarin baru tahu kalau pikachu adalah evolusi dari pichu. Ternyata, pichu itu super super unyu. Berdebat.. sepertinya bisa didapatkan kesimpulan. Pasangan itu kemungkinan besar wataknya tidak jauh dari diri sendiri. Keras kepala, egois, sama. Jadi, kalau mau bertahan lama dalam hubungan semi semu ini (dibaca : pacaran). Jika perdebatan terus berlanjut sampai titik darah penghabisan, maka, belajarlah untuk menerima. Belajar untuk mengalah. Dan belajarlah untuk menerima kalau SNSD itu juga unyu.

Namun cukup sekian dengan perdebatan dan seseorang yang selalu meminta perhatian. Menanyakan pertanyaan yang sama tiap harinya yang kalaupun sudah pasti saya akan lakukan walaupun sering terlambat, "sudah makan?" "jangan makan mi instan! gak baik untuk kesehatan" dan sebagainya. Saya pasti makan dan saya tahu bahwa mi instan itu tidak sehat. Saya bosan dengan pertanyaan jenis seperti ini jika selalu itu yang ditanyakan dalam sms, saya sedikit. Terakhir kali, mantan tahu bahwa jawaban sms yang saya kirimkan adalah BOT buatan dari hape mutakhir jaman ini. Terima kasih PTI, saya bisa membuat BOT di android semua karena kurikulummu. Screw you untuk pertanyaan yang sama, sekarang adalah jamannya teknologi. haha...

Ngomong-ngomong, dia sadar bahwa jawaban yang masuk ke hapenya adalah jawaban yang tidak nyambung, kadang sama. Gadis pintar,.. saya suka. Namun dengan alasan yang sama, kami putus. Dan setelah itu saya mulai menjomblo. Mungkin lain kali, saya akan membuat Kecerdasan buatan yang lebih pintar dari Bot sebelumnya supaya tidak ada keraguan dari Cewek pintar.

Ngomong-ngomong soal jomblo. Jomblo itu menyenangkan, ada banyak sekali alasannya. Mungkin kalau punya kesempatan. Lain kali saya akan membuat tulisan tentang JOMBLO dengan judul "Tutorial Jomblo Bahagia". haha.. Thanks for read. Semoga bermanfaat.

Thursday, November 21, 2013

Perbedaan Tipis Antara Patah Hati dan Kecewa

Kadang saya tercengang dengan perbedaan orang yang saya kenal kalau dilihat dari media sosial yang dimilikinya. Betapa tidak, di dunia nyata, seseorang bisa terlihat sopan dengan senyum penuh keramahan, lalu di media sosial berubah menjadi sosok yang kasar. Adalagi orang yang kelihatan penuh dengan kedewasaan, namun saat di dunia virtual, beralay ria dengan status "gak penting" yang diperbaharui 4 kali dalam satu jam. Sebenarnya saya tidak keberatan sama sekali, namun ketika melihat ekspektasi yang ternyata berbeda jauh dari kenyataan, rasanya seperti terluka, sama halnya dengan melihat gebetan yang baru saja "Jadian" dengan pria lain. Patah hati!

Berbicara tentang patah hati, sebenarnya patah hati merupakan metafora untuk menjelaskan emosi yang sedang sakit, penderitaan mendalam akibat sesuatu. Salah satu contohnya adalah ketika mengirim sms dengan banyak sekali karakter didalamnya, setelah terkirim ternyata di balas dengan nilai boolean, yes or no, true or false, atau malah 0 atau 1 (tergantung bahasa pemrograman mana yg digunakan). Contoh lainnya adalah ketika seseorang yang disukai memandangmu dalam tepat di mata lalu dengan pelan ia bertanya, "kamu sudah mandi?". 

Bagi saya, patah hati yang terakhir terjadi kemarin dari seorang teman yang saya temui. Percakapannya seperti ini, "Hilmiii.." sambil melambaikan tangannya. Saya mendekat untuk menyapanya seraya tersenyum. Sebelum mengucapkan sepatah kata, ia mengeluarkan pertanyaan formalitas basa-basi yang saya sudah bisa tebak apa itu, "Kemana aja, lama gak ketemu?". Tau kalau pertanyaan tersebut adalah pertanyaan retoris, namun tetap saja dengan pelan saya menjawab pertanyaan basa-basinya, "Dari kamar mandi..", "men only.." tambahku, "jadi gak mungkin ketemu". Lalu responnya adalah "hah?!". krik krik. Jangkrik tiba-tiba muncul sebagai suara latarnya. Saya benar dari kamar mandi, lalu menjawab pertaannya yang "kemana aja", lalu "lama gak ketemu?" gak mungkin ketemu di kamar mandi kan?! hahaha... Jadi saya hanya tertawa sendiri dengan jangkrik sebagai latar suaranya. Saya terlalu gengsi untuk menjelaskan lelucon payah yang tidak dimengertinya, jadi saya juga mengeluarkan beberapa pertanyaan basa-basi lainnya, percakapanpun terus berlanjut. Namun tidak bisa dipungkiri, saya sedikit patah hati karena hal itu. Jadi pelajaran hari kemarin adalah, "Jangan mengatakan hal yang tidak penting, perbanyaklah basa-basi".

*sumber gambar : janinebasil.com

Tuesday, November 19, 2013

Kesan PPL





Dulu, awalnya saya merasa khawatir karena saya akan PPL. Kekhawatiran ini muncul karena sewaktu SMA, saya tidak pernah benar-benar suka dengan mahasiswa PPL. Bagi saya waktu itu, mahasiswa PPL seperti goresan dalam CD game yang saya mainkan, tanjakan curam ketika saya bersepeda, dan mobil yang berada tepat didepan saya yang sedang bersepeda motor di jalan yang sempit. Goresan pada CD game akan membuat gameplay menjadi tersendat-sendat, tanjakan akan membuat lelah dan lambat, sedangkan mobil di jalan yang kecil itu menjengkelkan. Karena itulah, mahasiswa PPL itu hanya akan membuang waktu, membuat pelajaran yang diajarkan oleh guru sebenarnya menjadi tersendat, penyampaiannya juga akan sedikit berbeda karena mereka adalah mahasiswa dan baru saja mulai mengajar. Intinya saya tidak suka Mahasiswa PPL. 


Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek, waktu berlalu sampai pada suatu saat saya termotivasi untuk menjadi guru. Saya belajar, dan masuk menjadi mahasiswa kependidikan, dan harus mengikuti PPL. Saat memulai PPL, saya meyakinkan diri bahwa tidak akan ada siswa yang akan berpikiran seperti saya dahulu kala, kalaupun ada, saya tidak akan peduli dengan anak yang masih main game lewat CD dan merasa jengkel melihat kendaraan roda empat di depannya. Saya akan lalui satu bulan dua minggu ini dengan tenang dan menghilang seperti hantu. 

Ternyata tidak begitu kawan, tidak ada hal seperti "menghilang seperti hantu". Saya selalu ada bernafas dan mendapat perhatian (baca :perhatian positif ataupun negatif). Mulai dari minggu pertama UTS di SMK, ketika saya menjadi pengawas UTS, saya mendapatkan banyak sekali perhatian, bookmark dari beberapa siswa. Gabungan antara sikap kaku, tidak ramah dan wajah menyeramkan secara alamiah, membuat saya mendapatkan banyak sekali perhatian, perhatian negatif dengan penuh kebencian. Di minggu pertama, di kebanyakan ruangan, saya mendapatkan haters baru. Mainstream banget. 

Minggu kedua saya sudah mulai mengajar. Surprise banget tanpa ada persiapan, di hari pertama saya langsung diberi tugas untuk mengajar inheritance dan enkapsulasi pada saat itu juga. Saya meminta waktu untuk mengingat-ingat dan membaca referensi. 5 Menit kemudian tanpa basa basi, saya mengajar mereka dengan lancar. Untung saja di PPL I (ppl latihan di kampus), saya dan kawan-kawan lainnya sudah dilatih untuk mendapatkan kejutan-kejutan seperti ini. Bravo! 

Minggu ketiga pun berlalu, minggu keempat dan kelima sudah menjadi angin lalu. Di minggu terakhir, saya sudah merasa kehilangan. Sebentar lagi akan berpisah dengan teman-teman PPL dan anak-anak RPL yang unyu-unyu. Saya sudah mengajari mereka banyak hal tentang materi RPL, semoga saja dapat menjadi Ilmu yang bermanfaat. Kadang setelah mengajar, rasanya kepikiran jika ada yang tidak paham tentang pembahasan tertentu, terbawa sampai ke kost. Namun setelah memikirkan sikap mereka yang baik dan sopan terhadap guru mereka, saya yakin masa depan mereka cerah.

Tentu saja, saya juga tidak melupakan haters saya yang selalu tampak sceptic jika saya berjalan di sekitaran mereka. Melihat mereka seperti melihat cermin. Ada gambaran saya di masa lampau pada diri mereka. Jadi bukannya benci, malah merasa kehilangan juga dengan mereka. haha

Sekarang, PPL sudah selesai. Tanpa penyesalan, ada banyak sekali kenangan. Terima kasih semuanya!

Sunday, October 6, 2013

Serigala dan Tiga Babi Kecil




Hari ini benar-benar cerah. Penuh dengan cahaya matahari yang bertaburan dengan sebagian isinya merupakan awan.  Aku terlentang dibawah pohon. Terlentang menghadap langit, memandangi langit dan awan. Ada beberapa awan yang berbentuk seperti paha ayam sehingga membuat rasa laparku terasa hingga akhirnya aku memutuskan untuk berdiri. Pergi mencari makanan.
Aku menengok ke kiri dan ke kanan, melihat apakah ada sesuatu yang bisa dimakan. Hingga pada suatu tempat aku melihat 3 babi kecil yang sedang bermain di taman. Dengan pelan aku mendekati mereka sambil memikirkan betapa lezatnya daging mereka. Aku terus merangkak. Sampai pada beberapa meter di depan mereka, salah satu dari tiga babi tersebut berteriak. “Serigalaaaaaa!” katanya sambil berlari. Dua babi lainnya menoleh dan menatap mataku. Kami saling melihat. Dua babi gemuk didepanku. Dengan cepat mereka berlari dengan sekencang-kencangnya. Mereka bertiga berlari ke arah yang berbeda. Hal ini membuatku berpikir sejenak, babi mana yang harus kukejar terlebih dahulu.  Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mengejar salah satu dari mereka, yang manapun tidak apa lah, yang penting hari ini bisa makan.
Dengan kecepatan paling tinggi aku mengejar babi paling kecil. Tentu saja aku mengejar yang paling kecil, larinya pasti paling lambat. Dia berlari kencang. Kencang sekali dan tidak menoleh ke belakang sekalipun. Aku berada sekitar 10 meter dibelakangnya. Dia berlari menuju rumah. Rumah yang besar dengan tembok kekar. Dia membuka gerbang, bodohnya, aku akan masuk juga. Kupercepat lariku, dia sudah tidak nampak, berada dibagian dalam rumah dan menutup pintu rumah. Gerbang terbuka namun pintu sudah tertutup. Apa yang bisa kuperbuat saat ini. Apakah aku harus masuk dengan mendobrak pintu.. tidak, hal itu akan nampak tidak elegan. Hingga akhirnya aku mundur beberapa langkah sehingga kembali ke gerbang. Gerbang dari rumah babi paling kecil. Mundur lagi untuk melihat rumah itu, mungkin saja ada celah yang bisa aku masuki. Mundur lagi, sampai tersadar bahwa ada tiga rumah berjejer di sana. Aku tau pasti, dua rumah lainnya pasti milik babi yang lain.
Rumah ketiga babi itu berbeda-beda. Rumah babi terkecil terbuat dari bata yang ditumpuk-tumpuk, berwarna merah dengan dengan sesuatu yang berwarna abu di tepi tiap bata. Bangunan itu kuat sekali. Tidak mungkin bisa mendobraknya. Bangunan di sampingnya tampak berbeda. Bangunan itu terbuat dari kayu-kayu. Dari lantai sampai atap, semua dibuat dari kayu. Rumah di sampingya lagi lebih nampak berbeda, terbuat dari jerami, sisa padi yang ditumbuk menjadi beras. Terlihat lebih banyak celah di sana. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah paling lusuh. Rumah yang terbuat dari jerami itu.
Aku tepat ada di depan gerbang rumah jerami. Gerbanya terbuat dari jerami pula. Aku tidak tau kenapa babi ini terobsesi dengan jerami. Namun, terserahlah, gerbang seperti ini bisa kumasuki bahkan ketika gerbangnya masih digembok. Ternyata benar ada gembok di gerbang rumah babi ini. Gerbang jerami dengan gembok jerami. Kutiup saja gerbang tersebut, seluruh gerbang terbang, terbawa angin ke arah rumah yang ia lindungi. Tepat didepan pintu rumah itu, gerbang itu tidak berbentuk lagi. Tinggal rumah dan isinya. Aku menarik nafas dalam. Dalam sehingga dadaku mengembang dua kali lipat dari sebelumnya. Kutiup rumah itu. Gerbang tidak berbentuk, pintu, dan semua bagian dari rumah itu terbang. Kecuali satu mahluk hidup bernama babi yang ingin ku makan. Terdiam disana. Dibalik rumah jeraminya yang roboh. Dia menatapku dengan wajah ketakutan. Tanpa menunggu aba-aba, aku langsung berlari dengan sigapnya. Menuju santapan pertamaku. Taringku sudah siap, aku melompat, dan kepalaku membesar beberapa kali lipat. Membesar sehingga bisa menerkam seluruh tubuhnya. Terasa kenyal dalam mulutku. Langsung kutelan. Babi pertama sudah masuk ke dalam perutku.
Badanku membesar, telingaku tumbuh melebar,  beberapa bagian dari bulu coklatku berubah menjadi merah muda. Aku terkapar menghadap langit, melihat birunya langit, putihnya awan. Tampak ada 3 awan yang menyerupai babi. Aku memandanginya, memandangi awan itu terbawa angin. Memandangi perubahan salah satu awan itu menjadi bentuk serigala sehingga awan berbentuk babi menjadi dua. Dua babi dan satu serigala. Tidak elegan. Akan lebih baik jika serigala lebih banyak. Aku kesepian. Setelahnya aku menolehkan kepalaku yang terasa berat ke arah kiri. Melihat dua rumah di sana, rumah dengan kayu dan rumah dengan bata, mungkin batu. Tidak mungkin aku bisa meniupnya. Tapi kalau tidak dicoba, maka tidak akan tau kan. Akan ku coba.
Aku kembali ke depan rumah dengan bata, melihatnya didepan gerbang. Sepertinya bukanlah rumah yang bisa kutiup. Lalu berjalan ke depan gerbang rumah yang terbuat dari kayu. Pintu gerbangya terbuka. Beruntungnya aku. Namun rumahnya tertutup rapat. Tidak mungkin aku bisa meniupnya. Kalimat itu terus berulang di dalam pikiranku. Aku berjalan ke kiri kanan bolak balik di halaman rumah itu. Memasukan bagian tanganku ke saku celana. Mengambil bungkus rokok. Meletakannya di sela bibirku. Lalu menyalakan rokok tersebut sambil berpikir. Bagaimana bisa meniup bangunan kayu itu. Rokok terakhirku, hampir habis. Namun tidak satupun ide yang masuk ke kepalaku. Dengan kesalnya rokokku yang masih setengah kulemparkan ke rumah kayu itu sambil mengumpat. “Sial, kayaknya aku harus pulang”. Akupun berjalan menuju gerbang kayu. Pulang dalam kegagalan. Kehabisan cara untuk meniup rumah kayu.
Sesaat setelah melewati gerbang. Terdengar teriakan. Bayanganku terlihat semakin panjang. Semua didepanku terlihat merah. Hingga aku menoleh ke belakang. Semua tampak lebih merah lagi. Api menyelimuti semua bagian rumah kayu. Kupastikan dengan tegas di otakku. Rokokku lah penyebabnya. Sambil tertawa, aku mendengar teriakan “Kebakaraan!!”.  Suara tersebut semakin pelan sampai tidak ada teriakan lagi. Aku menunggu disana. Beberapa menit kemudian api padam. Hanya ada babi panggang di sana. Tanpa melihat suasana lagi. Aku berlari dengan kencang. Melihat babi tersebut sudah didekatku lalu aku melompat. Terasa padaku, bentuk wajahku berubah. Menjadi lebih besar. Beberapa kali lipat. Aku menerkam seluruh badan babi tersebut. Menelannya matang. Menelan babi panggang matang. Badanku sedikit berubah lagi, lubang hidungku menjadi besar. Buluku menjadi merah muda semua. Telingaku nampak semakin besar. Aku terlihat cubi. Iya cubi, gemuk-gemuk gimana. Namun walaupun begitu, satu lagi babi telah masuk ke perutku.
Aku terkapar. Memandangi langit dan melihat awan. Melihat perubahan bentuk awan. Ada tiga awan diatas sana. Dua diantaranya adalah bentuk serigala. Satu yang lainnya adalah bentuk babi. Aku beridiri lagi. Menoleh ke arah kiri dan melihat rumah yang terbuat dari bata itu terlihat sangat tegar. Badanku semakin besar. Mungkin setelah ini aku bisa mendobrak pintu kamar itu. Mendobraknya sehingga pintunya roboh, saat itulah kesempatanku untuk menerkam babi paling kecil. Tanpa melewati gerbang, aku melompati pagar. Lalu berlari sekencang-kencangnya ke arah pintu. Lalu berhenti tepat di depan pintu. Pintu itu terlihat kuat. Begitu juga dengan badanku. Tanpa menunggu lagi, aku mundur. Mundur membuat ancang-ancang. Berlari dengan kencang dan mendobrak pintu itu. Namun sayang seribu sayang. Pintu itu kuat minta ampun. Aku terkapar jatuh. Melihat pintu itu yang seakan dengan arogannya mengatakan. Kamu terlalu lemah serigala. Kamu terlalu lemah. Aku tidak terima.
Setelah melihat betapa kuatnya pintu tersebut. Aku memutuskan untuk tidak memakan serigala paling kecil. Aku menyerah. Nikmati hidupmu babi kecil. Aku pulang.

Tuesday, September 24, 2013

Aku mencintaimu. Mereka tidak perlu tahu. Dan, begitu juga denganmu


"Aku mencintaimu.
Mereka tidak perlu tahu.
Dan, begitu juga denganmu"

Sebuah penolakan terhadap perasaan yang memiliki potensi untuk sakit hati berlebih. Teoretisi pembelajaran menyebut hal ini dengan sebutan "Escape conditioning", memberikan tindakan yang tepat untuk stimulus berbahaya. Untuk konteks ini adalah menyimpan perasaan. Aku tidak mengerti akan ketepatan tindakan ini menunjukan nilai kebenaran atau tidak, yang jelas aku tahu pasti tidak akan sesakit ketika perasaan cinta yang lebih dalam hilang ketika semua orang tahu, dan kaupun begitu.

Sekedar teoriku saja, atau memang banyak yang menganggap hal ini adalah hal yang patut untuk dibenarkan, "Only love can break your heart". Teori ini mungkin tidak memiliki askpek formal, tidak memiliki simbol-simbol yang menjelaskan bahwa cinta dapat menghancurkan jantungmu. Tapi aku yakin sekali bahwa aspek empirisnya bertebaran dimana-mana, dirasakan oleh tiap orang dengan tiap indranya. Sebagian orang mungkin bisa menjelaskan proses kimia yang terjadi dengan hukum asosiasi seperti yang dikatakan Aristoteles. Apakah ilmiah? I don't know!

Yang kuketahui adalah hukum kontras mungkin saja terjadi. Karena terlalu cinta, maka seseorang menjadi terlalu benci. Dan hal itu dapat menghancurkan hati siapapun. Mungkin salah satu dari 10 orang yang kita kenal pernah mengalaminya. who knows..

Mungkin persentasenya kecil jika cinta menjadi benci. Lantas bagaimana dengan cinta menjadi tidak cinta dan tidak benci. Seperti kehilangan emosi. Bukan faktor lain seperti mencintai orang lainnya. Buaya bahkan tidak melakukan hal itu. Lebih positif, mungkin buaya sedang memiliki masalah dengan suhu tubuhnya yang terlampau dingin, jadi sang buaya harus keluar untuk menghangatkan badannya sehingga tidak memikirkan buaya yang ia cintai untuk sementara.

Sungguh ironi, sebagian kisah cintaku persis seperti kisah pasangan buaya. Jika terpikirkan kembali, maka aku hanya bisa menggelengkan kepala dan berpikir, suatu saat jika bertemu dengan buaya yang lainnya, akan ku katakan dengan teriak "JANGAN DENGAN MUDAHNYA MEMBERI KESIMPULAN!!"

Akan kuceritakan sedikit tentang kisah peneliti, seseorang yang meneliti jangkrik apakah bisa merespon apa yang dikatakan manusia. Peneliti berteriak, "lompat!". Jangkrik melompat, lalu satu kaki jangkrik dipotong. Penelitian dilanjutkan, "lompat!". jangkrik melompat, lalu satu lagi kaki jangkrik di potong. Penelitian itu terus berlanjut dengan hasil jangkrik melompat ketika peneliti mengatakan kata "lompat". Sampai pada saat ketika kaki jangkrik sudah habis, "lompat!". Jangkrik terdiam membeku, tidak melompat. Peneliti itu lalu menulis di buku catatannya : "Jangkrik tanpa kaki itu tuli".

Anehnya, kadang hal itu terjadi. Kesimpulan yang tidak sesuai dengan apa yang mungkin dirasakan oleh si jangkrik. Apalagi ketika kita hanya menyimpan perasaan yang kita miliki.

Benar-benar merasa senasib dengan buaya dan jangkrik untuk saat ini. Mungkin sebagian dari kalian merasakan hal ini, pernah atau mungkin di masa mendatang. Jika iya, bersemangatlah, jangkrik senasib dan buaya senasib akan memberikan semangatnya untukmu!

Monday, September 2, 2013

Muncul dengan Kabar, Tidak Jelas

Bukan dengan unsur kesengajaan, tapi karena keinginan yang menggetarkan dada dan masuk ke kepala. Beberapa tahun yang lalu, tidak pernah seperti ini. Jujur saja, ada hal yang memang bisa terungkap karena perjalanan waktu, namun ada juga hal yang takkan berubah dan diam statis dalam ketidak tahuannya selamanya. Hal pertama lah yang terjadi, dia merasuki benakku di tahun yang ketiga. Sebuah pemikiran kenapa dia pernah suka. 

"Hei, kau permainkan aku!?" skeptik dengan wajahku yang pas-pasan. Dia terdiam dan beberapa detik kemudian tertawa. "iya.. sakit ya dipermainkan..." katanya. Ayolah, kata seperti itu terdengar retoris banget. Ada angin ke genderang telingaku yang masuk dan mengatakan bahwa dia hanya memberikan ledekkan kejam terhadapku. Pada saat itu kuakui memang hidupku dalam keadaan gelap. Sikapku adalah cerminan sifat buruk. Dalam benakku, arti kata-katamu secara implisit adalah "Tidak pantas dirimu untuk orang yang ada di sini!".

Saya tersadar, dalam kebingungan, saya berubah. Karena diammu selama ini, tahu bahwa kata-kata darimu adalah kata-kata yang perlu saya pikirkan dengan panjang. Temanmu sudah berubah kawan. 

Taukah jika dulu aku mengagumimu. Mengagumimu dalam, seperti anak kecil yang kagum terhadap kakakknya, bahkan lebih dari itu. Saya mencintaimu. Dan hal ini terjadi bukan ketika kita akan pergi mencari jalan hidup kita masing-masing. Sejak awal. Ketika kau tersenyum untukku pertama kali. Di saat itulah, saya telah jatuh. 

Sekarang kau muncul, tiba-tiba dalam jaringan tanpa kabel dengan operator yang sama, kata-kata yang sama pula. Balasanku juga tidak berbeda, "Hei, kau permainkanku lagi..". Dan muncul darimu kata-kata yang membuatku terdiam, "Dari dulu kamu selalu anggap perasaan orang terhadapmu main-main saja ya.. ". Bingung dengan kata-katanya "Perjelas apa maksudmu!", hening, dengan nada yang sedikit bergetar dia berkata "Aku serius, sejak dulu aku serius, jadi jangan menganggap aku mempermainkanmu". Lalu sambungan pun terputus. 

Saya tahu, akhirnya saya mengerti, benar-benar paham maksudmu. Hanya bisa menggelengkan kepala, dia lucu seperti biasa.

Thursday, August 29, 2013

Live Action!!

Tanggal 29 Agustus, adalah hari dimana demokrasi sedang dilaksanakan di provinsi Jawa Timur. Pemilihan gubernur. Hal ini menyebabkan liburnya instansi sehingga kuliah saya yang satu-satunya di hari kamis menjadi kosong. Libuuur, yey.

Tidak ada aktivitas yang produktif untuk hari ini, benar-benar hanya refreshing. Refreshing dengan menonton film Live Action salah satu manga dan anime romantis. Tentang persahabatan dan kesalah pahaman. Tentang keterus terangan dan tentang bagaimana memikirkan orang lain. Temanya adalah tentang Cinta dan Persahabatan. ada yang bisa tebak? pokoknya cewek banget, deh.

Nasib proposal skripsi?
Belum digarap, di sini panas. Surabaya oh surabaya...

Tuesday, August 27, 2013

Nasib Mahasiswa Semester Tua

Tanggal 28 Agustus 2013, pagi sekali pada jam 3.33 saya mendapatkan inspirasi untuk judul proposal skripsi yang akan saya garap. Munculnya adalah ketika pikiran masih di tepi kesadaran, ambang batas kewarasan dengan pikiran sehat. Iya, baru bangun tidur. 

Hari sebelumnya, ada banyak hal yang saya lakukan, mulai dari konsultasi ke pembimbing akademik, baca skripsi kakak tingkat, minta tanda tangan KRS, sampai kepada salam-salam kepada teman. Pada saat bersalam-salaman, baru sadar kalau teman sekelas yang saya temui hari ini jumlahnya tidak lebih dari 4 orang. Sungguh sepi beralasan. Alasannya saya yakin akan bermacam-macam. Karena itu hari kemarin, kesendirian tak terelakan. 

Ditengah kesendirian itu, ternyata banyak hal positif yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah membaca skripsi dari kakak tingkat. Rasanya aneh, baru membaca beberapa tulisan saja sudah pusing. Bukan karena saya benci membaca atau apa, namun flu yang kuderita masih saja melanda. Panas yang terjadi. Panasnya seperti air panas yang dibiarkan menjadi hangat. Saya hangat. Persis seperti hatiku ketika berada bersama keluarga, tapi untuk badan. hangat, oh no. 

Berbicara tentang kehangatan, ketika di rumah, hati saya selalu merasa hangat. Semua berubah ketika muncul pertanyaan "kapan lulus". Pertanyaan ini tidak jauh beda dengan pertanyaan "kapan nikah?" untuk orang-orang yang lahir sebelumku. Sakral banget. Hati yang hangat tidak lagi hangat, panas mendidih dalam aliran darah sehingga muncul detak kencang di kepala. Panas. 

Semoga menjadi lebih baik. Semoga sembuh, supaya kehidupan bisa menjadi lebih mudah. :D

Monday, August 26, 2013

Sebuah Perjanjian dengan Diri Sendiri

Hari ini adalah tanggal 27 Agustus 2013. Dua hari setelah balik dari kampung halaman di pulau Lombok. Saya memutuskan untuk merekam semua tindakan yang saya lakukan untuk menyelesaikan Studi saya di Universitas Negeri Malang.

Momok yang luar biasa. Rasa takut beradu panas dingin dalam sakitnya flu. Tidak berat, hanya terkantuk dengan sedikit panas di badan. Dalam keadaan ini, saya belum memiliki rencana sama sekali. Rencana untuk proposal skripsi yang pada semester sebelumnya mendapat nilai F (whuuuuut..!!!). nilai E, dengan index 0 dari 4. Cukup berkesan. sepertinya tak kan terlupakan. Nilai E pertama. Nilai dengan huruf kelima abjad. Angka 3 terbalik dengan poros vertical. E. Supppeeer!!

Saya adalah mahasiswa semester 7. Mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang bisa ditemukan di kampus-kampus, warung-warung, dan jalan-jalan sekitaran tempat perkuliahan. Bukan tipe orang yang suka bepergian, hanya keluar ketika ada urusan saja, apalagi jika harus dengan menggunakan sepeda motor, aduh.. ogah, saya lebih suka jalan kaki. Jadi, kalau harus memilih untuk mendapatkan makanan yang bervariasi dengan pencarian menggunakan sepeda motor atau nasi goreng keliling yang tiap malam selalu lewat di depan kost, maka saya akan memilih nasi goreng, bahkan ketika sampai harus konstan makan nasi goreng tiap malam selama 2 minggu.

Iya, dari deskripsi di atas sudah jelas. Saya adalah tipe pemalas. Namun karena saya juga adalah mahasiswa yang memiliki harga diri yang lumayan tinggi, maka saya menyebutnya "Menghemat Energi".

Orang yang suka menghemat energi. Itulah saya. Penuh dengan kecerobohan, ketika terus-terusan menghemat energi, kadang kala kita akan lupa. betapa sia-sianya waktu. Tidak lulus. Itulah hasilnya.

"Sekarang, saya akan produktif". itu adalah sebuah ucapan kesanggupan untuk melakukan sesuatu. Sebuah janji kepada diri sendiri. Sebuah janji seorang "penghemat energi" kepada seorang "penghemat energi". Sebuah janji yang mungkin saja terlupakan suatu saat nanti.


#kalimat terakhir, semoga tidak! :D

Saturday, August 24, 2013

Tenang itu Membuat Galau

Pagi ini, cerah, indah, biru, langit tanpa awan, dan cahaya matahari bertebaran dimana-mana. Dengan hati nan riang, penuh dengan pesona keindahan dalam senyum wajah yang belum tersiram dengan air. Saya membuka pakaian, melepas dan membuangnya ke dalam perkakas penggerak pengganti tangan untuk mencuci, mesin cuci.

Sungguh meringankan pekerjaan, mesin cuci merupakan salah satu keajaiban di masa kehidupan yang saya miliki. Membantu banyak sehingga tidak perlu merasakan lagi pegal untuk membersihkan pakaian yang kotor. Sepertinya sudah jelas, mesin cuci adalah pahlawanku.

Namun tidak seperti mesin cuci, sosok masyarakat biasa, lelaki bujang sasak yang baru lulus SMA ini merupakan misan yang selalu bermain dengan saya. Saya tahu dia akan datang, dan membuat keonaran, menyuruh mengganti kegiatanku dari membaca artikel dan beberapa status teman menjadi menonton film. Alangkah indah jika film yang akan kami tonton merupakan film baru yang belum pernah saya tonton sebelumnya, tapi film yang ingin dia tonton, adalah film Sword Art Online, film yang sudah saya tonton ribuan kali. Okelah masih belum ribuan kali, sekitar ratusan. Sekitar seratus, lebih tepatnya. Kurang dari seratus. Empat kali bolak balik sebenarnya. Saya mungkin tidak hafal semua tokoh yang ada di anime tersebut, tapi jangan tanya apa yang akan dilakukan Kilito(pemeran utama dalam SAO) di tiap episode. Spoiler akan keluar secara kontinyu, saya yakin kalian pasti akan kesal.

Didi datang dan berlalu, berjalan melewati arahku dan melewati secara kilat tanpa terjadi apa-apa. berlalu... "Hei, sudah ambil celanamu belum? sudah ku cucikan kayaknya masih di jemuran". Didipun menoleh dan menjawab " Belum, nanti saja". Rasanya aneh, ketika seseorang merespon dengan nada datar seperti itu. "Aku balik besok, celanamu aku bawa saja ya..". "Iya deh ambil saja" balasnya. "hei hei, rasanya aneh jika tanpa perselisihan terlebih dahulu, ". "udah, ambil saja," katanya lalu pergi dengan tenangnya. Aneh banget kan? Ternyata sesuatu yang tanpa perselisihan dulu ternyata tidak memberikan kepuasan batin yang lebih. Jalan yang lurus-lurus tanpa rintangan malah memberi beribu pertanyaan gelisah.  Lalu bagaimana dengan nasib si celana, saya bahkan tidak tau si celana ada di mana. Apakah mungkin ketika ia pergi dengan tenang di mataku, dia tersenyum bahagia karena sebelumnya dia sudah mengambil miliknya, ataukah ada rencana tersembunyi di balik ke-iya-annya. Siapa yang tau..

Thursday, August 22, 2013

Hobi

Seseorang pernah bertanya padaku, tentang kesukaan. Hal yang dengan senang hati ku lakukan walaupun akan ada beberapa pengorbanan, seperti waktu dan material. Aku berpikir sejenak, beberapa detik, lalu kujawab "Tidak ada".
Okelah, mungkin ada, namun belum terpikirkan saja olehku. Hingga pada hari ketiga, masih saja belum ada jawaban iya atas pertanyaan dari teman tersebut. Terus berusaha untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan pikirianku, aku bertanya tanya, masak iya sih, orang sepertiku tidak memiliki hobi...?!
Aku adalah sosok orang pada umumnya, berpenampilan biasa, apa adanya, dan orang sepertiku bisa ditemukan di mana-mana. Jika penampilan sepertiku mencerminkan sebuah spesies ikan yang paling enak dan lezat, maka, para pemancing akan berbondong-bondong untuk memancing di jalan-jalan raya.
Orang sepertiku terlihat ada banyak sekali di sana. Walaupun begitu, kontras, aku tidak suka di jalan-jalan, aku adalah penghuni setia rumah sendiri.
Oke, dari sana aku berpikir, mungkin hobiku adalah berada di rumah. Pancaran cahaya berbinar-binar dari mataku. Hal yang telah lama kucari-cari telah ditemukan dalam sekejap saja. Lalu kupikirkan lagi, apa pengorbanan yang dilakukan dalam pernyataan hobi berada di rumah. Hal paling menyesakkan dan membuatku sedikit ingin mengalihkan pembicaraan. Ternyata dari hobi itu, bisa disimpulkan kalau aku adalah orang yang malas. Dalam kata ilmiahnya, pemalas, sebuah penyakit mental yang membuat kinerja menjadi kacau dan membuat banyak kerugian.
Tidak boleh sampai di sana. Tentu saja, kata pemalas bukanlah kata yang dapat mencerminkan pribadiku. Kenapa aku suka ada di rumah, alasannya sederhana, aku hanya suka menghemat energi, catat itu, menghemat energi dengan kata tebal, miringkan (menghemat energi) dan perbesar fontnya dalam ukuran large, menghemat energi!!.

Sepertinya tidak cukup untuk membahas hobiku untuk saat ini, untuk menghemat energi, maka akan kusudahi dulu. :)

Monday, February 25, 2013

Gauss Jordan Calculator Using PHP Code

Here I am, once again I write a post. -_-'
What a pain, sure. But, I think for this time I'll be like it. For the time being, its the first time for me to write a code using PHP. Its not that difficult, but not easy too. The real pain on this code is the algorithm of Gauss Jordan and how to implement it using PHP on web development. I don't know much about it.

So, I'll tell you what I've been trough.

1. Understand the Gauss Jordan Elimination

If you are not sure how to solve a Gauss Jordan Elimination problem, the first advice of me is watching this video. Its Good. interesting explanation out there. :D




If you still don't understand, just skip it, watch another video or read another book. It will work out somehow and you'll understand it. Trust me! ;)

2. Sketch the Idea of the User Interface

The second thing that I did was make the user interface of the calculator. So, the use case that I made is

  • User enter the dimension of the matrix by using the sum of equation.
  • User click a button of "Submit"
  • User enter all of the coefficient according to the sum of equation.
  • User will click the other "Submit" button
  • The Result will be Shown on the other page. 

3. Write the Code

I think its too early to write the code (bad feeling). But, I do really want to see the User interface. Without a second thought, I write it down on my text editor. And then, the user interface is done! 
Right after that, I don't know what should I do! >.<

4. Don't Forget to Learn the Concept

The thing that should done first is Learning the Concept, don't forget that if you don't want to stuck on your project. That's my bad feeling. I should rely on it more. (LOL)
Then I learn it again using a lot of resource, ebook, video, forum, thanks google for that. :D
And now, the Gauss Jordan of my version is Already finished!

You can get the source code

here

. Let me show you the screenshot of the program. Its bad though. LOL



The Result Will Be like This

Tampilan Matrik Awal

1 4 5 6
5 6 7 8
3 4 2 13

Persamaan 1 menjadi pivot dan Persamaan 1 dirubah
1 4 5 6
5 6 7 8
3 4 2 13

Persamaan 2 dirubah
1 4 5 6
0 -14 -18 -22
3 4 2 13

Persamaan 3 dirubah
1 4 5 6
0 -14 -18 -22
0 -8 -13 -5

Persamaan 2 menjadi pivot dan Persamaan 1 dirubah
1 0 -0.14285714285714 -0.28571428571429
0 1 1.2857142857143 1.5714285714286
0 -8 -13 -5

Persamaan 2 dirubah
1 0 -0.14285714285714 -0.28571428571429
0 1 1.2857142857143 1.5714285714286
0 -8 -13 -5

Persamaan 3 dirubah
1 0 -0.14285714285714 -0.28571428571429
0 1 1.2857142857143 1.5714285714286
0 0 -2.7142857142857 7.5714285714286

Persamaan 3 menjadi pivot dan Persamaan 1 dirubah
1 0 0 -0.68421052631579
0 1 1.2857142857143 1.5714285714286
-0 -0 1 -2.7894736842105

Persamaan 2 dirubah
1 0 0 -0.68421052631579
0 1 0 5.1578947368421
-0 -0 1 -2.7894736842105

Persamaan 3 dirubah
1 0 0 -0.68421052631579
0 1 0 5.1578947368421
-0 -0 1 -2.7894736842105

Jadi,
X0: -0.68421052631579
X1: 5.1578947368421
X2: -2.7894736842105



Hope it useful!