Thursday, November 21, 2013

Perbedaan Tipis Antara Patah Hati dan Kecewa

Kadang saya tercengang dengan perbedaan orang yang saya kenal kalau dilihat dari media sosial yang dimilikinya. Betapa tidak, di dunia nyata, seseorang bisa terlihat sopan dengan senyum penuh keramahan, lalu di media sosial berubah menjadi sosok yang kasar. Adalagi orang yang kelihatan penuh dengan kedewasaan, namun saat di dunia virtual, beralay ria dengan status "gak penting" yang diperbaharui 4 kali dalam satu jam. Sebenarnya saya tidak keberatan sama sekali, namun ketika melihat ekspektasi yang ternyata berbeda jauh dari kenyataan, rasanya seperti terluka, sama halnya dengan melihat gebetan yang baru saja "Jadian" dengan pria lain. Patah hati!

Berbicara tentang patah hati, sebenarnya patah hati merupakan metafora untuk menjelaskan emosi yang sedang sakit, penderitaan mendalam akibat sesuatu. Salah satu contohnya adalah ketika mengirim sms dengan banyak sekali karakter didalamnya, setelah terkirim ternyata di balas dengan nilai boolean, yes or no, true or false, atau malah 0 atau 1 (tergantung bahasa pemrograman mana yg digunakan). Contoh lainnya adalah ketika seseorang yang disukai memandangmu dalam tepat di mata lalu dengan pelan ia bertanya, "kamu sudah mandi?". 

Bagi saya, patah hati yang terakhir terjadi kemarin dari seorang teman yang saya temui. Percakapannya seperti ini, "Hilmiii.." sambil melambaikan tangannya. Saya mendekat untuk menyapanya seraya tersenyum. Sebelum mengucapkan sepatah kata, ia mengeluarkan pertanyaan formalitas basa-basi yang saya sudah bisa tebak apa itu, "Kemana aja, lama gak ketemu?". Tau kalau pertanyaan tersebut adalah pertanyaan retoris, namun tetap saja dengan pelan saya menjawab pertanyaan basa-basinya, "Dari kamar mandi..", "men only.." tambahku, "jadi gak mungkin ketemu". Lalu responnya adalah "hah?!". krik krik. Jangkrik tiba-tiba muncul sebagai suara latarnya. Saya benar dari kamar mandi, lalu menjawab pertaannya yang "kemana aja", lalu "lama gak ketemu?" gak mungkin ketemu di kamar mandi kan?! hahaha... Jadi saya hanya tertawa sendiri dengan jangkrik sebagai latar suaranya. Saya terlalu gengsi untuk menjelaskan lelucon payah yang tidak dimengertinya, jadi saya juga mengeluarkan beberapa pertanyaan basa-basi lainnya, percakapanpun terus berlanjut. Namun tidak bisa dipungkiri, saya sedikit patah hati karena hal itu. Jadi pelajaran hari kemarin adalah, "Jangan mengatakan hal yang tidak penting, perbanyaklah basa-basi".

*sumber gambar : janinebasil.com

Tuesday, November 19, 2013

Kesan PPL





Dulu, awalnya saya merasa khawatir karena saya akan PPL. Kekhawatiran ini muncul karena sewaktu SMA, saya tidak pernah benar-benar suka dengan mahasiswa PPL. Bagi saya waktu itu, mahasiswa PPL seperti goresan dalam CD game yang saya mainkan, tanjakan curam ketika saya bersepeda, dan mobil yang berada tepat didepan saya yang sedang bersepeda motor di jalan yang sempit. Goresan pada CD game akan membuat gameplay menjadi tersendat-sendat, tanjakan akan membuat lelah dan lambat, sedangkan mobil di jalan yang kecil itu menjengkelkan. Karena itulah, mahasiswa PPL itu hanya akan membuang waktu, membuat pelajaran yang diajarkan oleh guru sebenarnya menjadi tersendat, penyampaiannya juga akan sedikit berbeda karena mereka adalah mahasiswa dan baru saja mulai mengajar. Intinya saya tidak suka Mahasiswa PPL. 


Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek, waktu berlalu sampai pada suatu saat saya termotivasi untuk menjadi guru. Saya belajar, dan masuk menjadi mahasiswa kependidikan, dan harus mengikuti PPL. Saat memulai PPL, saya meyakinkan diri bahwa tidak akan ada siswa yang akan berpikiran seperti saya dahulu kala, kalaupun ada, saya tidak akan peduli dengan anak yang masih main game lewat CD dan merasa jengkel melihat kendaraan roda empat di depannya. Saya akan lalui satu bulan dua minggu ini dengan tenang dan menghilang seperti hantu. 

Ternyata tidak begitu kawan, tidak ada hal seperti "menghilang seperti hantu". Saya selalu ada bernafas dan mendapat perhatian (baca :perhatian positif ataupun negatif). Mulai dari minggu pertama UTS di SMK, ketika saya menjadi pengawas UTS, saya mendapatkan banyak sekali perhatian, bookmark dari beberapa siswa. Gabungan antara sikap kaku, tidak ramah dan wajah menyeramkan secara alamiah, membuat saya mendapatkan banyak sekali perhatian, perhatian negatif dengan penuh kebencian. Di minggu pertama, di kebanyakan ruangan, saya mendapatkan haters baru. Mainstream banget. 

Minggu kedua saya sudah mulai mengajar. Surprise banget tanpa ada persiapan, di hari pertama saya langsung diberi tugas untuk mengajar inheritance dan enkapsulasi pada saat itu juga. Saya meminta waktu untuk mengingat-ingat dan membaca referensi. 5 Menit kemudian tanpa basa basi, saya mengajar mereka dengan lancar. Untung saja di PPL I (ppl latihan di kampus), saya dan kawan-kawan lainnya sudah dilatih untuk mendapatkan kejutan-kejutan seperti ini. Bravo! 

Minggu ketiga pun berlalu, minggu keempat dan kelima sudah menjadi angin lalu. Di minggu terakhir, saya sudah merasa kehilangan. Sebentar lagi akan berpisah dengan teman-teman PPL dan anak-anak RPL yang unyu-unyu. Saya sudah mengajari mereka banyak hal tentang materi RPL, semoga saja dapat menjadi Ilmu yang bermanfaat. Kadang setelah mengajar, rasanya kepikiran jika ada yang tidak paham tentang pembahasan tertentu, terbawa sampai ke kost. Namun setelah memikirkan sikap mereka yang baik dan sopan terhadap guru mereka, saya yakin masa depan mereka cerah.

Tentu saja, saya juga tidak melupakan haters saya yang selalu tampak sceptic jika saya berjalan di sekitaran mereka. Melihat mereka seperti melihat cermin. Ada gambaran saya di masa lampau pada diri mereka. Jadi bukannya benci, malah merasa kehilangan juga dengan mereka. haha

Sekarang, PPL sudah selesai. Tanpa penyesalan, ada banyak sekali kenangan. Terima kasih semuanya!