Tuesday, September 24, 2013

Aku mencintaimu. Mereka tidak perlu tahu. Dan, begitu juga denganmu


"Aku mencintaimu.
Mereka tidak perlu tahu.
Dan, begitu juga denganmu"

Sebuah penolakan terhadap perasaan yang memiliki potensi untuk sakit hati berlebih. Teoretisi pembelajaran menyebut hal ini dengan sebutan "Escape conditioning", memberikan tindakan yang tepat untuk stimulus berbahaya. Untuk konteks ini adalah menyimpan perasaan. Aku tidak mengerti akan ketepatan tindakan ini menunjukan nilai kebenaran atau tidak, yang jelas aku tahu pasti tidak akan sesakit ketika perasaan cinta yang lebih dalam hilang ketika semua orang tahu, dan kaupun begitu.

Sekedar teoriku saja, atau memang banyak yang menganggap hal ini adalah hal yang patut untuk dibenarkan, "Only love can break your heart". Teori ini mungkin tidak memiliki askpek formal, tidak memiliki simbol-simbol yang menjelaskan bahwa cinta dapat menghancurkan jantungmu. Tapi aku yakin sekali bahwa aspek empirisnya bertebaran dimana-mana, dirasakan oleh tiap orang dengan tiap indranya. Sebagian orang mungkin bisa menjelaskan proses kimia yang terjadi dengan hukum asosiasi seperti yang dikatakan Aristoteles. Apakah ilmiah? I don't know!

Yang kuketahui adalah hukum kontras mungkin saja terjadi. Karena terlalu cinta, maka seseorang menjadi terlalu benci. Dan hal itu dapat menghancurkan hati siapapun. Mungkin salah satu dari 10 orang yang kita kenal pernah mengalaminya. who knows..

Mungkin persentasenya kecil jika cinta menjadi benci. Lantas bagaimana dengan cinta menjadi tidak cinta dan tidak benci. Seperti kehilangan emosi. Bukan faktor lain seperti mencintai orang lainnya. Buaya bahkan tidak melakukan hal itu. Lebih positif, mungkin buaya sedang memiliki masalah dengan suhu tubuhnya yang terlampau dingin, jadi sang buaya harus keluar untuk menghangatkan badannya sehingga tidak memikirkan buaya yang ia cintai untuk sementara.

Sungguh ironi, sebagian kisah cintaku persis seperti kisah pasangan buaya. Jika terpikirkan kembali, maka aku hanya bisa menggelengkan kepala dan berpikir, suatu saat jika bertemu dengan buaya yang lainnya, akan ku katakan dengan teriak "JANGAN DENGAN MUDAHNYA MEMBERI KESIMPULAN!!"

Akan kuceritakan sedikit tentang kisah peneliti, seseorang yang meneliti jangkrik apakah bisa merespon apa yang dikatakan manusia. Peneliti berteriak, "lompat!". Jangkrik melompat, lalu satu kaki jangkrik dipotong. Penelitian dilanjutkan, "lompat!". jangkrik melompat, lalu satu lagi kaki jangkrik di potong. Penelitian itu terus berlanjut dengan hasil jangkrik melompat ketika peneliti mengatakan kata "lompat". Sampai pada saat ketika kaki jangkrik sudah habis, "lompat!". Jangkrik terdiam membeku, tidak melompat. Peneliti itu lalu menulis di buku catatannya : "Jangkrik tanpa kaki itu tuli".

Anehnya, kadang hal itu terjadi. Kesimpulan yang tidak sesuai dengan apa yang mungkin dirasakan oleh si jangkrik. Apalagi ketika kita hanya menyimpan perasaan yang kita miliki.

Benar-benar merasa senasib dengan buaya dan jangkrik untuk saat ini. Mungkin sebagian dari kalian merasakan hal ini, pernah atau mungkin di masa mendatang. Jika iya, bersemangatlah, jangkrik senasib dan buaya senasib akan memberikan semangatnya untukmu!

Monday, September 2, 2013

Muncul dengan Kabar, Tidak Jelas

Bukan dengan unsur kesengajaan, tapi karena keinginan yang menggetarkan dada dan masuk ke kepala. Beberapa tahun yang lalu, tidak pernah seperti ini. Jujur saja, ada hal yang memang bisa terungkap karena perjalanan waktu, namun ada juga hal yang takkan berubah dan diam statis dalam ketidak tahuannya selamanya. Hal pertama lah yang terjadi, dia merasuki benakku di tahun yang ketiga. Sebuah pemikiran kenapa dia pernah suka. 

"Hei, kau permainkan aku!?" skeptik dengan wajahku yang pas-pasan. Dia terdiam dan beberapa detik kemudian tertawa. "iya.. sakit ya dipermainkan..." katanya. Ayolah, kata seperti itu terdengar retoris banget. Ada angin ke genderang telingaku yang masuk dan mengatakan bahwa dia hanya memberikan ledekkan kejam terhadapku. Pada saat itu kuakui memang hidupku dalam keadaan gelap. Sikapku adalah cerminan sifat buruk. Dalam benakku, arti kata-katamu secara implisit adalah "Tidak pantas dirimu untuk orang yang ada di sini!".

Saya tersadar, dalam kebingungan, saya berubah. Karena diammu selama ini, tahu bahwa kata-kata darimu adalah kata-kata yang perlu saya pikirkan dengan panjang. Temanmu sudah berubah kawan. 

Taukah jika dulu aku mengagumimu. Mengagumimu dalam, seperti anak kecil yang kagum terhadap kakakknya, bahkan lebih dari itu. Saya mencintaimu. Dan hal ini terjadi bukan ketika kita akan pergi mencari jalan hidup kita masing-masing. Sejak awal. Ketika kau tersenyum untukku pertama kali. Di saat itulah, saya telah jatuh. 

Sekarang kau muncul, tiba-tiba dalam jaringan tanpa kabel dengan operator yang sama, kata-kata yang sama pula. Balasanku juga tidak berbeda, "Hei, kau permainkanku lagi..". Dan muncul darimu kata-kata yang membuatku terdiam, "Dari dulu kamu selalu anggap perasaan orang terhadapmu main-main saja ya.. ". Bingung dengan kata-katanya "Perjelas apa maksudmu!", hening, dengan nada yang sedikit bergetar dia berkata "Aku serius, sejak dulu aku serius, jadi jangan menganggap aku mempermainkanmu". Lalu sambungan pun terputus. 

Saya tahu, akhirnya saya mengerti, benar-benar paham maksudmu. Hanya bisa menggelengkan kepala, dia lucu seperti biasa.