Pagi ini, cerah, indah, biru, langit tanpa awan, dan cahaya matahari bertebaran dimana-mana. Dengan hati nan riang, penuh dengan pesona keindahan dalam senyum wajah yang belum tersiram dengan air. Saya membuka pakaian, melepas dan membuangnya ke dalam perkakas penggerak pengganti tangan untuk mencuci, mesin cuci.
Sungguh meringankan pekerjaan, mesin cuci merupakan salah satu keajaiban di masa kehidupan yang saya miliki. Membantu banyak sehingga tidak perlu merasakan lagi pegal untuk membersihkan pakaian yang kotor. Sepertinya sudah jelas, mesin cuci adalah pahlawanku.
Namun tidak seperti mesin cuci, sosok masyarakat biasa, lelaki bujang sasak yang baru lulus SMA ini merupakan misan yang selalu bermain dengan saya. Saya tahu dia akan datang, dan membuat keonaran, menyuruh mengganti kegiatanku dari membaca artikel dan beberapa status teman menjadi menonton film. Alangkah indah jika film yang akan kami tonton merupakan film baru yang belum pernah saya tonton sebelumnya, tapi film yang ingin dia tonton, adalah film Sword Art Online, film yang sudah saya tonton ribuan kali. Okelah masih belum ribuan kali, sekitar ratusan. Sekitar seratus, lebih tepatnya. Kurang dari seratus. Empat kali bolak balik sebenarnya. Saya mungkin tidak hafal semua tokoh yang ada di anime tersebut, tapi jangan tanya apa yang akan dilakukan Kilito(pemeran utama dalam SAO) di tiap episode. Spoiler akan keluar secara kontinyu, saya yakin kalian pasti akan kesal.
Didi datang dan berlalu, berjalan melewati arahku dan melewati secara kilat tanpa terjadi apa-apa. berlalu... "Hei, sudah ambil celanamu belum? sudah ku cucikan kayaknya masih di jemuran". Didipun menoleh dan menjawab " Belum, nanti saja". Rasanya aneh, ketika seseorang merespon dengan nada datar seperti itu. "Aku balik besok, celanamu aku bawa saja ya..". "Iya deh ambil saja" balasnya. "hei hei, rasanya aneh jika tanpa perselisihan terlebih dahulu, ". "udah, ambil saja," katanya lalu pergi dengan tenangnya. Aneh banget kan? Ternyata sesuatu yang tanpa perselisihan dulu ternyata tidak memberikan kepuasan batin yang lebih. Jalan yang lurus-lurus tanpa rintangan malah memberi beribu pertanyaan gelisah. Lalu bagaimana dengan nasib si celana, saya bahkan tidak tau si celana ada di mana. Apakah mungkin ketika ia pergi dengan tenang di mataku, dia tersenyum bahagia karena sebelumnya dia sudah mengambil miliknya, ataukah ada rencana tersembunyi di balik ke-iya-annya. Siapa yang tau..
No comments:
Post a Comment